Melipat Hasrat, Menyimpan Siasat; Agar Perselisihan Dakwah Tidak Mengoyak Ukhuwah

By Roni Haldi Alimi
20th March, 2020

Manusia adalah makhluk sosial. Pernyataan ini bukan sekadar klaim teoritik, tapi kebenarannya dapat dengan mudah ditemukan dalam realitas kehidupan. Adalah fakta bahwa manusia tidak dapat melangsungkan kehidupannya dalam kesendirian. Seorang manusia butuh kepada orang lain dan dalam waktu bersamaan dia juga dibutuhkan oleh orang lain. Hubungan antarmanusia saling mengikat, saling bergantung dan saling melengkapi satu sama lain.

Terjalinnya hubungan baik antarmanusia akan menciptakan kehidupan sosial yang harmonis, saling membantu dan saling menghargai. Demi terbinanya kehidupan yang aman dan nyaman, maka ukhuwah adalah sebuah keniscayaan. Dalam hal ini seorang muslim dituntut untuk senantiasa menjaga ukhuwah Islamiyah (sesama muslim), Ukhuwah Wathaniyah (sesama warga negara) dan juga Ukhuwah Basyariah (sesama manusia).

Buku yang ditulis Roni Haldi ini secara umum berisi nasihat dan pesan-pesan dakwah tentang bagaimana seharusnya ukhuwah itu dirajut, khususnya ukhuwah dalam gerakan dakwah. Sebagaimana diketahui kemunculan gerakan dakwah di tanah air yang hampir tak terbilang banyaknya kerap kali menimbulkan perselisihan dan juga ketegangan-ketegangan antar kelompok. Sikap saling tuding dan tuduh seolah sudah menjadi pemandangan yang lazim. Padahal, gerakan dakwah sebenarnya adalah salah satu pilar untuk membangun ukhuwah, bukan justru menjadi medium untuk berselisih.

Dalam menyerukan dakwah seharusnya dilakukan dengan cara-cara hikmah dan bijaksana agar pesan-pesan dakwah bisa diterima. Dalam buku ini, penulis mengutip kisah Nabi Muhammad ketika menyampaikan dakwah kepada kaumnya.

“Pada saat seruan dakwah beliau disepelekan tak didengar, malah ditunjuk pula ujaran beliau sebagai bualan pembohong belaka.  Bahkan di saat yang lain dicap sebagai tukang sihir dan si gila hilang akal…” (halaman 73).

Dari kutipan ini penulis hendak menegaskan bahwa hinaan dan cacian yang diterima Nabi ketika berdakwah sungguh besar, tapi beliau tetap bersabar. Hinaan ini tentu tidak sebanding dengan tantangan yang diterima oleh para pendakwah masa kini.

“Kebencian jika ditanam, dipupuk dan dipelihara, maka akan mengakar sulit untuk dikerdilkan apalagi dihilangkan. Benci itu mampu menyumbat akal sehat, terhalang berpikir jernih menutup seluruh alasan latar belakang.  Orang yang membenci akan terus didorong-dorong hati dan diri agar memandang dan memberi nilai sesuatu sesuai pendangan mata kebencian” (halaman 135).

Seorang muslim dituntut agar tidak memelihara kebencian terhadap sesama karena kebencian dapat merusak ukhuwah yang seharusnya dipupuk. Kebencian juga dapat menyebabkan seseorang berlaku tidak adil terhadap saudaranya. Tidak hanya bagi muslim awam, terkadang kebencian juga melanda sosok-sosok yang alim sehingga sikap tawadhunya menjadi hilang. Untuk melaksanakan dakwah yang efektif sudah semestinya segala bentuk kebencian dihilangkan.

“Untuk bersaudara berpadu satu, tidak harus terlahir dari rahim ibu yang sama. Cukup keimanan dan keislaman yang mempersaudarakan kita. Perbedaan itu sebuah keniscayaan. Namun persamaan untuk kita berpadu jauh lebih banyak. Persamaan dan perpaduan di bawah naungan tauhid, Islam dan iman. Tidak ada perkara yang lebih agung dari tiga perkara ini” (halaman 142).

Dalam paragraf ini penulis mencoba menekankan bahwa kunci dari terbinanya ukhuwah Islamiyah adalah tauhid, iman dan Islam. Seorang muslim, khususnya kader gerakan dakwah harus mampu menghilangkan segala perbedaan dan mencari persamaan agar fondasi ukhuwah tetap kukuh berdiri. Setiap gerakan dakwah tentunya memiliki pola dan metode yang berbeda dalam melakukan aktivitasnya. Dengan demikian sikap saling memahami dan menghargai harus didahulukan agar tidak terjadi benturan antargerakan.

Buku ini ditulis denga bahasa yang cukup sederhana dan renyah sehingga bisa dikonsumsi oleh setiap kalangan, tidak saja bagi gerakan dakwah, tetapi juga bagi masyarakat umum. Pesan-pesan dalam buku ini sangat penting guna menumbuhkan sikap saling menghargai dan saling mendukung dalam pergerakan dakwah. Kelebihan lainnya, buku ini ditulis oleh seorang praktisi dakwah (dai) yang cukup dikenal di daerahnya. Istimewanya lagi, penulis buku ini adalah lulusan Universitas Al-Azhar Mesir yang memahami betul seluk-beluk dakwah Islamiyah. Satu-satunya kekurangan buku ini adalah terkait penggunaan referensi. Buku ini tidak secara detail menyebutkan referensi dari setiap kutipan. Dan sayangnya lagi di bagian akhir buku juga tidak dilengkapi dengan daftar pustaka sehingga kutipan-kutipan tersebut sulit diverifikasi. Namun demikian, kekurangan tersebut tidak serta-merta mengurangi nilai buku yang sarat dengan pengetahuan. Buku ini sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin meresapi pesan-pesan dakwah secara mendalam, khususnya tentang topik ukhuwah Islamiyah.

Tags: ,

This site was designed with Websites.co.in - Website Builder

WhatsApp Google Map

Safety and Abuse Reporting

Thanks for being awesome!

We appreciate you contacting us. Our support will get back in touch with you soon!

Have a great day!

Are you sure you want to report abuse against this website?

Please note that your query will be processed only if we find it relevant. Rest all requests will be ignored. If you need help with the website, please login to your dashboard and connect to support